Sajak Perjalanan : Aktivis kampus Unhas (1980-1990)

PERJALANAN (1)

Serumpun bunga padi
Mengajak kita mencandai angin
Helaaan nafasnya lembut
Menebar benih kehidupan
Dibiarkannya
Ilalang berdiri penuh keangkuhan
Sebab peristiwa
Akan mengisahkan dirinya
Oleh jejak
Yang telah menapakšŸ™

Busman (09/10/19) Buat Denun yang mencintai laut

***

Pantai BAJOE

aku duduk sendiri di kursi kayu labuan kafe. pada petang yang lindap di dermaga bajoe. jalanan lengang berbatu. hanya sesekali terdengar debur ombak, celoteh anak bajo, dan derit sepeda tua

di meja tersaji dua gelas espresso machiato. satu untukku, dan satu untukmu. entah kenapa aku tetap bersikukuh menganggapmu hadir melalui asap yang mengepul, aroma kopi yang menguar, dan cahaya sore yang melingsir repih, di gigir rambutmu

ayo cerita tentang rumpaā€™na bone, rajukmu. dulu. padahal matamu melayarkan cinta menggelora, yang tak terukur bentangan langit

senja ini, aku melihat penjaga kafe yang itu juga, bergeming di pojok. matanya kukuh berlamur lamun. menjauh sejauh perjalanan kopi yang datang dari mamasa dan sesean. serupa aku yang tak jemu mengukur rasa dan jarak. antara dua gelas kopi. antara dua rindu yang terperangkap labirin.

lihatlah, sebentar lagi sauh akan dilempar. layar kapal akan mengibarkan jelaga. di mana engkau, kekasih? dua cangkir kopi sudah menggigil. kenangan kian mengendap di dasar gelas. Sementara hari yang sunyi, menggamit senja. tertatih bersama mencari batu nisan.

#AnaMustamin Buat Denun yang mencintai laut

***

Di Tepian Mahakam

di tepian mahakam
malam ini
ku dekap angin semilir
membalut rasa

aroma soto banjar
iwak bekunyung
ketupak kandangan
berbaur memahat
langit dengan bintang

jembatan mahakam
membelah samarinda
bangkitkan rindu
pada jembatan kuning
yang membentang di kota palu
yang telah runtuh akibat gempa dan tsunami

air sungai mahakam
sejukkan kehidupan
air sungai mahakam
menyirami pohon ekonomi
masyarakatnya hingga tumbuh
mensejahterakan

di tepian sungai mahakam
ku seduh dingin malam
dengan kehangatan
secangkir kopi

Samarinda, 10 Oktober 2019

***

Dari Kaki Gunung Rinjani

Pagi sedikit memerah
Kaki gunung merebah
Rinjani di ufuk timurā€¦

Dingin memeluk tubuhku
Semilir meniup bathin
Kuingat kau disana

Bentangan jalanku
Mengayun langkah pasti
Menggapai cahaya pagi

Pucuk-pucuk bunga
Menebar wewangian
Mengusir pagi

Kopi hitam menyengat pagi
Asap penuh aroma
Arabika seleraku

Menatap orgasmeku
Mengintip puncak itu
Dari kaki gunung Rinjani

Selamat pagi kawanku
Sambutlah hidup mesra
Nikmati kehangatan

Sembalun (111019)

***

Pagi di Selatan Kota

Kususuri Kalibata di selatan kota. Melata di pagi buta bersama pendorong gerobak berisi kanak-kanak yang menganga.

Juga mereka yang menghambur aroma parfum meski wajah kusam tak mampu berbohong.

Sungguh pagi yang gegas dengan deru dan gas kendaraan yang menggila.

Teramat gegas sementara paria belum jadi sayur di warung Tegal, saat cabe dan merica masih bersiasat di Pasar Kaget Rawajati.

“Mbak, nasi setengah, tongkol, pare dan sambal secukupnya.” —

Denun, 16/10/19

***

JELAJAH MAHAKAM
Oleh : Chairul Anam

seperti petir
menggelar
memantik
rindu mahakam

seperti kenduri
di atas kapal
percikan air mahakam
sejukkan rasa
jelajahi sungai mahakam
saat suara adzan magrib
menggamit syukur
agar tafakkur hati
berpasrah sekalipun
kegembiraan apsepi
menggelayut dalam hati

satu per satu
naik ke lantai dua
kapal wisata
gelar sajadah
wujudkan syukur
pasrahkan diri
memintal rindu
sungai mahakam

Samarinda, 11 Oktober 2019