ADA “MISTERI” DI BUKU OBITUARI ANDI MOCH. YAYAT PANGERANG

Pagi ini, saya terhenyap seketika, saat pertamakali ‘menggeluti’ isi buku 175 halaman dari obituari Andi Moch. Yayath Pangerang (AYP). Rencana peluncuran buku obituari AYP hari ini  ba’da ashar waktu Makassar (jam 15:15) di Etika Studio coffee, samping kampus UNM Tamalate. Bersamaan 40 hari kepergian almarhum AYP.

Ada yang terasa ‘aneh’  kalau bukan bak ‘misteri’,  setelah membuka-buka halaman deretan penulis dan tidak menemukan — ‘lenyap’, nama penulis yang saya cari – RIdwan .M.Thaha (padahal sudah saya WhatsApp, pada sang isteri penulis bahwa suaminya tidak saja mengisi testimoni tetapi juga menulis).

Semula, saya menganggap ini murni — ‘keteledoran’ penerbit dengan mengutak-atik isi buku obituari Andi Moch. Yayath Pangerang (AYP). Saya berharap tulisan yang lenyap itu  masih bisa ditemukan dalam buku obituari AYP, di mana pun letak halamannya.

Sebenarnya (editor) — pemilihan bagian-bagian besar buku ini, disesuaikan dengan suasana aktivitas almarhum AYP dari kampungnya Bumi Batara Guru, lalu di Sanggar Merah Putih Makassar (SMPM), kemudian di PKM Pramuka Unhas Gudep 349-350, serta kegiatannya sebagai dedengkot aktivis/fungsionaris kampus merah Unhas, Baraya, dan tentu saja gerakannya dibidang seni dan budaya (DKM dan DKSS).

Pada Bagian GUDEP PRAMUKA UNHAS…. sebenarnya ada 2 penulis, Kasman Abdullah dan Ridwan M.Thaha (RiTha)…..ternyata hanya tertinggal sendiri kakak Kasman Abdullah. Di deretan isi buku, Ridwan M.Thaha pun ….’lenyap’. Untungnya, ada ‘pelipur lara’, masih ada tertera testimoni RiTha di sampul belakang buku ini. Semoga tidak ‘marah’ !!!.

Kekhawatiran saya akan dikirimi “kartu kuning’ terhadap kualitas naskah —-mulai terasa dengan ‘teguran ringan’ dari penulis kedua. Dengan berbagai dalih, saya berhasil menenangkan penulis kedua tersebut (meski sebatas janji memenuhi berharap dari editor penerbit).

Beberapa penulis, sudah ‘menyentil’ agar buku ini memenuhi syarat ketatabahasaan, sesuai EYD. Saya berargumentasi bahwa waktunya amat singkat, menjaga orginalitas, SPONTAN, membiarkan gaya khas penulisnya, maka kita memilih SPONTANITAS tulisan agar tidak berlarut dan terjadi pengulangan.

Ternyata, alhasil dari menggeluti isi buku obiturasi AYP menemukan tulisan RiTha di bagian lain (DUKA PARA SAHABAT) halaman 94-96, terselip antara tulisan Bung Ajiep Padindang (Catatan Perjalanan) dan mbak Aniel Hukma (Duka Yang Berlarut). Alhamdulillah.

Menyendirikan Dr. Kasman Abdullah, SH, MH. sebagai penulis tunggal di bagian Gudep Pramuka Unhas, sungguh bagi saya sebuah “misteri” – pertanda. Kasman Abdullah ternyata ingin sendiri, ia pergi meninggalkan kita, tak sempat melihat wujud buku ini – meski sempat membaca draf pdf.nya yang sudah diubah. Kasman Abdullah kini telah tiada, ia kembali kepada Sang Pencipta meninggalkan kita semua untuk selamanya. Ia menyendiri dalam tulisan obiturasi sahabatnya  — AYP di Gudep Pramuka Unhas 349-350. Almarhum Kasman Abdullah dan almarhum Andi Moch. Yayath Pangerang telah berada di alam lain, dalam damai abadi.

Saat gladi kotor  kemarin (19/01/2020) —- bung Yudhistira ‘mengajak’ saya ‘secara tak langsung’  terlibat dalam buku obituari Shaifuddin Bachrum yang sudah rampung. ini juga — ‘pertanda’.

Mari kita doakan untuk penulis prolog buku ini — Yundhini Husni Djamaluddin, yang terkena longsor di Polman dan gempa di Mamuju. Saat gempa  Yuyun berada di lantai 5 hotel Maleo – Mamuju diantara suara gemuru gempa, reruntuhan dan kegelapan alam — jauh dari keluarganya di Jakarta.

 

Bukit Baruga,  jelang siang 20 Januari 2021