MENGENANG KASMAN ABDULLAH : “Pengawal Hymne Unhas”

HYMNE UNHAS

Dengarlah angin laut bertiup pagi hari//Lihatlah pinisi berlayar ke cakrawala//Kokok ayam jantan telah//membangunkan kami//Kini kami bangkit menunaikan cita-cita.

Menjelang akhir masa jabatan periode kedua, Rektor Unhas Prof. Basri Hasanuddin, MA, PhD. akan menggugah civitas academica. Prof. Basri ingin menghadirkan HYMNE Unhas bersanding MARS Unhas, melengkapi kebesaran panji-panji Unhas setelah memiliki MARS Unhas karya monumental Mattulada dan HD Mangemba. Dia kemudian menugaskan sekretarisnya Kasman Abdullah, mencari ‘kurir’ pas mengurusi hymne Unhas. Tugas kurir itu, memastikan penyair nasional Taufiq Ismail bersedia membuat rangkaian syair hymne Unhas.

Sepertinya, Prof. Basri telah ‘deal’ dengan sang penyair “Almamater” itu, [mungkin] di suatu tempat kala sang penyair membacakan puisi-puisinya.

Kasman mengusulkan saya sebagai kurir, selain ‘sohib’nya, dikenal juga sebagai pendiri Sarikat Penyair Kampus (SPK) di masa mahasiswanya. Salah satu alasan Kasman, “Semasa S2-UI, saya senang mangkal di TIM dan sesekali menikmati pertunjukan seni bermutu.

Saat itu, saya menjabat PD III FKM Unhas –  menggagas pertemuan tahunan untuk ketiga kalinya; “Temu Penyair Makassar” di masa gersang seni kampus Tamalanrea, bahkan tercium  aroma kekerasan terpajang di spanduk-spanduk bergambar tengkorak, poster dan pamflet mahasiswa dengan kata-kata yang mengekspresikan pesan tentang kekerasaan, memenuhi sudut-sudut kampus, tambah Sudirman Saad  tertulis di kolom khusus Harian Fajar.

Aktivitas mahasiswa yang berwajah nonkekerasan kurang mendapat gelanggang, sehingga gemanya pun hanya sebatas lingkaran kecil seniman mahasiswa. Untungnya, masih ada “lurah” semacam Amran Razak, yang mau menyalahgunakan kekuasaannya untuk mensponsori kegiatan semacam Temu Penyair Makassar, lanjut Sudirman.

Ternyata, usulan Kasman diterima mulus, tanpa syarat dan ketentuan (S&K tak berlaku).

Saya lalu bergerilya menembus tapak jalan sepanjang kawasan Utan Kayu – Jakarta Timur, mengetuk pintu penyair besar Taufiq Ismail, dan bercengkerama potret Unhas.

Entah kunjungan ke berapa, tapi terasa tak cukup lama, saya berhasil membawa pulang naskah syair goresan penyair tersohor Taufiq Ismail.

LIHATLAH PINISI BERLAYAR KE CAKRAWALA

Dengarlah angin laut bertiup pagi hari//Lihatlah pinisi berlayar ke cakrawala//Kokokayam jantan telah membangunkan kami//Kini kami bangkit menunaikan cita-cita//Adalah benteng-benteng perlambang keteguhan//Ada daun lontar tempat ilmu dituliskan//Ada padi makin berisi makin rendah hati//Kini kami bangkit merampungkan hari depan//Berteguh hati kami memasuki gerbang ilmu//Berfikir kritis serta analitis selalu//Cinta kami untuk bangsa dan alam Indonesia//Taqwa kami pada Allah Maha Bijaksana//Universitas Hasanuddin//Sumber mata-air ilmu kami//Tempat latihan amal kami//Universitas Hasanuddin//Terima, terimalah cinta kami.

Syair ciptaan Taufiq Ismail tersebut, lalu dilombakan; “Lomba Cipta lagu Tingkat Nasional- Dalam Rangka Memperingati 40 tahun Unhas”, berlangsung 13 Mei s/d 5 Juli 1996.

Di tahap amat-teknis, Lexy Mailoa sangat membantu terutama mencari juri, persyaratan dan kriteria lomba. Penunggu setoran naskah lomba  adalah Mulyono, pegawai senior jajaran staf – sekretaris Rektor Unhas.

Persyaratan Lomba antara lain; terbuka untuk umum, yang diterima dan disahkan sebagai “lagu” resmi untuk “Hymne Unhas”ciptaan Penyair Nasional Taufiq Ismail ialah pemenang Juara I saja, hymne terdiri atas tiga bait dan satu refrein; refrein dinyanyikan dua kali (bis untuk refrein), ada catatan pengantar atas hymne sebagai refrein dinyanyikan atas pesan-pesain puitik yang disampaikan.

Sedangkan syarat teknis lagu :berirama hymnis : lagu hymne, ditulis dalam not angka; tak diwajibkan dalam not balok, semua tanda musikal disertakan pada lagu agar memudahkan interpretasi dalam bernyanyi, hymne dilengkapi dengan arasemen suara II, III, dan IV (alto,tenor, dan bas).

Disediakan hadiah juara I, II, III. Diumumkan melalui mass media, 5 Agustus 1996.

Kriteria Lomba pun dibuat, hymne “Lihatlah Pinisi Berlayar Ke Cakrawala” terdiri atas tiga bait puisi dan satu bait refrein. Keempat bait membentuk satu keutuhan yang tak terpisahkan. Tiga bait (satu, dua dan tiga) membangun suasana memasuki bait refrein secara berurutan.

Bait satu membangun latar dan suasana kelautan, suasana pantai dan suasana dipagi hari. Latar suasana ini menggugah semangat segar dan tekad ke arah cita-cita.

Bait kedua menyodorkan latar dan suasana daratan dan goresan warna sejarah serta tradisi budaya berilmu pengetahuan masyarakatnya yang mendasari langkah masa depan.

Baris ketiga merangkum kualitas ilmuan, kecintaan pada tanah air dan bangga serta ketaqwaan pada Allah sebagai satu kemasan nilai yang dipesankan.

Bait refrein menunjukkan hubungan warga almamater dengan almamaternya yang menjadi pusat pengembangan ilmu dan amal, pengetahuan dan keterampilan. Setiap bait sesudah dinyanyikan, dilanjutkan dengan refrein yang dinyanyikan dua kali.

Setelah ditetapkan sebagai Hymne, dan sebelum ditampilkan pada puncak acara Dies Natalis Unhas ke 40, lagu tersebut ditampilkan dan diperdengarkan dihadapan seniman dan budayawan Sulawesi Selatan antara lain Rahman Arge, Husni Djamaluddin, Arsal Alhabsy, dan Ishak Ngelyaratan (semuanya telah meninggalkan kita) untuk mendapatkan masukan dan tanggapan (layaknya uji-publik). Acara itu, menurut Kasman dilaksanakan di Ruang Senat Unhas, dan yang melantunkan adalah Paduan Suara Mahasiswa Universitas Hasanuddin.

Akhirnya, lagu, tata suara dan piano ciptaan Piet J. Leiwakabessy berhasil meraih JuaraI. Di hari Dies Natalis Unhas ke 40, Taufiq Ismail dan Piet J. Leiwakabessy diundang khusus.

Lagu Hymne Unhas berkumandang dalam suasana Dies Natalis, didahului Mars Unhas dan tentu saja pembacaan syair puisi “Lihatlah Pinisi Berlayar Ke Cakrawala” oleh Taufiq Ismail. Gemuruh Rapat Senat Terbuka LuarBiasa di Baruga Andi Pangerang Petta Rani — hikmat — tak terbendung.

 Universitas Hasanuddin//Sumber mata-air ilmu kami//Tempat latihan amal kami//Universitas Hasanuddin//Terima, terimalah cinta kami.

Salah seorang yang terlibat dalam proses terciptanya Hymne UNHAS, Dr. Kasman Abdullah, SH, MH hari ini telah tiada. Dosen Fakultas Hukum Unhas telah mengawal terciptanya Hymne UNHAS. Almarhum juga terlibat intens cikal bakal berdirinya Gudep 349-350 Pramuka Unhas. Bersama saya, Abd.Wahab Suneth, Abd.Hamid Paddu, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Anwar Toha, Ridwan Effendy (alm)  menerbitkan bulletin BALANCE PERS GROUP (BPG) sejak akhir tahun 1978. Ia juga Sekretaris Rektor selama 2 periode Rektor Prof.Basri Hasanuddin, MA, PhD. Almarhum pekerja ulet (dari pegawai menjadi dosen Unhas), tak banyak cakap, lebih senang dibalik agenda, administratur apik.

Di facebook tercatat persis hari ini – 5 tahun lalu, almarhum membuka ruang diskusi pertama buku Demonstran Dari Lorong Kambing (DDLK) bersama lembaga pers mahasiswanya di Fakultas Hukum Unhas.  DDLK kisah-kisah kami semasa mahasiswa di era 1980-an.

Kami sedang menunggu terbitnya buku obituari sahabat Andi Moch. Yayath Pangerang  yang meninggal 10 Desember 2020. Buku berjudul “Ars Longa Vita Brevis” – seni itu panjang, hidup itu pendek.  Kasman  — salah seorang penulis dari 28 penulis. Untungnya saya telah mengirim E-book buku tersebut dan minta jangan dulu di-share sebelum terbit dan dilaunching 20 Januari 2021, bertepatan 40 hari meninggalnya Andi Moch. Yayath Pangerang.

Hari Jumat (15/1/2021), sekitar pukul 01.00 wita, dini hari Dr Kasman Abdullah SH, MH wafat di RS TNI AU, Makassar.

Inna lillahi wainna ilahi rojiun, Selamat jalan…sohibku. Semoga Allah memberimu tempat yang damai di sisiNYA. Aamiin.