MAHFUD-ANAS-ANIS DAN CITA RASA BERKAHMI

 

Musyawarah Nasional (Munas) Korps Alumni HMI (KAHMI) ke – IX diselenggarakan tanggal 30 November – 2 Desember 2012 di Pekanbaru, Riau. Ketika itu, Pengurus KAHMI wilayah Sulawesi Selatan bersama sebagian besar KAHMI kawasan Indonesia Timur masih memiliki dua pentolan pengurus Majelis Nasional KAHMI – incumbent yaitu Tamsil Linrung dan Mubyl Handaling. Keduanya masih dilirik peserta Munas jadi calon kuat presidium/pimpinan kolektif Majelis Nasional KAHMI periode 2012-2017.
Mubyl sejak awal menyatakan tak akan mencalonkan lagi karena akan berkonsentrasi mengurus lembaga pengusaha KAHMI bernama HIPKA. Sementara Tamsil masih tetap mencalonkan diri, sampai beberapa jam sebelum pemilihan Pimpinan Kolektif Majelis nasional (PKMN) – KAHMI. Melalui urun-rembuk nan tegang menakar pertimbangan perspektif dan menjaga ketokohan, jelang siang, akhirnya Tamzil menyodorkan map pencalonannya padanya. Kaasiiif sudaahh !!!.
Sebenarnya, pengusulan dirinya sebagai calon presidium KAHMI mendapat keberatan dari beberapa pengurus KAHMI Sulawesi Selatan. Alasan mereka, ia tak begitu dikenal peserta di arena Munas KAHMI IX. Namun seketika itu, disanggah salah seorang pengurus;
“Bagaimana dengan Mubyl, ketika diusulkan pada periode lalu di Sahid Jakarta ?”.
“Siapa yang kenal ?, toh Mubyl terpilih. Tukas si penyanggah.

“Jadi kuncinya pada kekuatan basis Indonesia Timur dan kepiawaian tim pelobby”, ujar sang penyanggah sepertinya masuk akal.

Sebanyak 26 calon Pimpinan Kolektif Majelis Nasional KAHMI masa bakti 2012 – 2017 di Pekanbaru; (1) Dr. Muhammad Marwan, MSi; (2) Prof. Dr. Amran Razak, MSc; (3) Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, SH; (4) dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, MKes; (5) Bambang Soesetyo, SE, MBA; (6) Viva Yoga Mauladi, MSi; (7) Dr. Ir. Abdullah Pute, MSi; (8) Ir.Mashudi, MBA; (9) Dr.Ir.Fanshurullah Asa, MT; (10) Prof. Dr. Idzan Fautanu; (11) Drs.Taufiq Hidayat, MSi; (12) Drs. HM Johar Firdaus, MSi; (13) Dr. Reni Marlinawati; (14) Teuku Syahrul Anshori, SH, MH; (15) Drs. Anas Urbaningrum, MA; (16) Dr.Harry Azhar Azis; (17) Dr.M.S.Kaban, SE, MSi; (18) Ibnu Topik; (19) Prof. Dr. Endin Nasrudin; (20) Marzul Veni, ST, MSi; (21) Ir.Herry Bakti, MM; (22) Dr. Anies Baswedan; (23) Dr.Taufiqurrahman Saleh, SH, MSi; (24) Dr.Nurhayati Assagaf; (25) Ismed Hasan Putro; (26) Dr. Eggy Sudjana, SH, MSi.

Akhirnya terpilih 9 nama presidium masing-masing Mahfud MD, Anas Urbaningrum, Anies Baswedan, Viva Yoga Mauladi, Muhammad Marwan, Leni Marlinawati, Bambang Soesetyo, M.S. Kaban, dan Taufik Hidayat. Populeritas kesembilan tokoh terpilih memang ‘menakjubkan’, mereka merupakan ‘barisan’ ketua lembaga tinggi dan tertinggi negara, mantan Menteri, ketua partai besar, anggota DPR RI kondang, Dirjen, tokoh nasional, mantan Ketum PB HMI.
Mereka tak hanya berbekal ‘nama besar’, poster dan baliho mereka pun bertebaran di sudut-sudut strategis kota Pekanbaru bak Pilpres atau setidaknya Pilgub. Gambar mereka meriah dan menohok mata bertulis visi-misi mereka. Di pintu-pintu masuk aula Munas bertebaran meja-meja berjaga diisi tumpukan buku-buku biografi dan karya sejumlah pesohor kandidat presidium/pimpinan kolektif KAHMI nasional. Bahkan telah lazim, sejumlah wilayah telah ‘dipinang’ sejumlah kandidat. Mereka sangat SIAP untuk bertarung.

Apalagi setelah pidato pengarahan Akbar Tanjung selaku sesepuh KAHMI, Akbar menyebutkan beberapa nama yang telah ‘sowan’ – minta restu padanya. Menakjubkan, semua nama calon presidium yang disebut Bang Akbar di podium, ternyata bisa terpilih jadi Pimpinan Kolektif Majelis Nasional KAHMI.

Berbeda dengan Jusuf Kalla (JK), meskipun hadir dan memberi pidato pencerahan seperti halnya Akbar Tanjung, tapi ‘jubir’ KAHMI Sulawesi Selatan tak sempat menyampaikan keinginan mereka menjadi wakil poros Timur Indonesia penyeimbang kepemimpinan Majelis Nasional KAHMI 2012 – 2017.
Salah satu faktor penentu kekalahan mereka, bermula ketika salah seorang Ketua Kolektif KAHMI Sulawesi Selatan, ‘kurang berselera’ berkoalisi dengan KAHMI peserta wilayah besar. Meski sudah ada pertemuan sejak awal Munas, ‘deal’ jarak jauh senior KAHMI wilayah besar itu dengan Sulawesi Selatan sudah membuahkan harapan. Ketua kolektif tersebut makin enggan setelah nama AU yang semula tak diusul KAHMI wilayah besar itu malah masuk prioritas calon pertama mereka. Tobo sebagai juru lobby KAHMI Sulawesi Selatan ‘tak berdaya’ menghindari ‘phobia AU’. Meskipun secara individual tetap saja, sejumlah peserta Munas terutama KOHATI dari KAHMI Sulawesi Selatan yang dimotori Zohra tetap memilih AU dalam deretan sembilan nama yang bisa dipilih setiap peserta.

Semula Mubyl dan Kairuddin masih yakin, ia masuk sembilan besar PKMN. Apalagi berkembang isu Mahfud tak akan masuk jajaran pengurus jika ada koruptor ikut terpilih.

“Kamu pergi duduk di sudut situ, salah satu kursi dari kesembilan deretan kursi PKMN terpilih yang disediakan”, Mubyl dan Udin bersamaan memberi semangat memastikan.
Ternyata ada suara Taufik Hidayat menohok dari bawah, memiliki 5 suara lebih banyak.
Ia pun ‘kandas’ di urutan sepuluh, nyaris masuk PKMN KAHMI. Apalagi, Mahfud ternyata tak tergoda untuk mundur, meski salah seorang yang terpilih terindikasi korupsi.

Kesedihan menerpa KAHMI Sulawesi Selatan di akhir perhitungan suara, semua rombongan KAHMI Sulawesi Selatan menunduk sedih.  kalah tipis dengan tokoh-tokoh kaliber nasional. Kesedihan mereka meledak berurai tangis, baru kali ini dalam sejarah pemilihan pimpinan nasional KAHMI tak ada wakil kawasan Indonesia Timur, khususnya wakil Sulawesi Selatan. Tangis mereka terbawa melintasi udara, melewati beberapa pulau Nusantara menuju kota ‘sarabba’ – Makassar.

Sesal sempat mencuat di wajah sejumlah pengurus KAHMI Sulawesi Selatan;
“Seandainya kita menyatu dipaket AU”. #@!?
“Tapi, setidaknya kita pulang tanpa beban”, hibur salah seorang anggota FORHATI KAHMI Sulawesi Selatan.

 

 

Ket. Gambar :  Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, Rusli Zainal, Tamsil Linrung, dan Anas Urbaningrum memukul kompang dalam pembukaan Munas Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Pekanbaru, Jumat malam (30/11).  FOTO ANTARA/FB Anggoro/ss/mes/12.