PUISI–PUISI CINTA
Sekedar meriahkan Dies Natalis Unhas ke 63th. Diutamakan puisi-puisi chinta, percikan kisah di kampus merah. Mengapa kita menulis dan merayakan puisi, sebab hidup terlalu singkat untuk disia-siakan
(SN).
Butuh satu menit untuk naksir seseorang, satu jam untuk menyukai seseorang, dan satu hari untuk mencintai seseorang, tapi butuh seumur hidup untuk melupakan seseorang. — Kahlil Gibran.
#
Cinta tak tersurat di kertas//Kertas bisa dihapus//Tak terukir di batu//Batu bisa pecah//Ia terpatri di hati//Dan tetap di sana selamanya…. (Busman : 26:08/19) —– @colek mbak tiah dan mbak yachfaryati dan dinda sakka pati
#
Dikala malam temaram // yakinlah selalu ada cahaya di ujung terowongan.. (Andi Timo Pangerang : 26/08/19)
#
Diamlah……//hanya tangan Tuhan yg bisa mengangkat beban2 hatimu…. (Busman : 26/08/19) _@selamat bergabung mbak timo pangerang
#
Rembulan hadir, terangi malam//Disaat lapar, ada terang bulan//Bisakah terang jika cinta kelam?//Selalu ada kisah indah bersama mantan. #edisimantan (Acram : 26/08/19) #
Menjemput rembulan…//Terbuai dikesunyian malam…//Kudengar bisikan kalbu…//Ada nama terukir indah di relung terdalam…..(Sakka Pati : 26/08/19) #
Ketika cinta itu sendiri//Datang untuk menciummu,//Jangan kautahan-tahan//Cinta adalah cahaya jiwa. (Busman : 26/08/19) #
Cinta adalah aku…//Aku milik sang pencipta cinta….//Cintaku yg hakiki tak lekang oleh waktu…//Cintaku hadir menembus ragamu… (Sakka Pati : 26/08/19) #
Kutuliskan bait demi bait keluh kesahku…//Ungkapan rasa rinduku tuk bertemu..//Kita memang terpisah oleh jarak dan waktu..//Namun aku mampu tuk bertahan..//Krn Rindu ini akan mekar pada waktunya..//Biarkan rindu ini semakin menggebu..//Agar dipertemukan kita nanti..//Rindu mu dan rinduku kan menyatu..//Penuh cintaa..//Penuh kasih sayang..//Penuh kebahagiaan..//Dan Abadi selamanyaa…(yachfaryati : 26/08/19) #
CINTA????
Orang bilang cinta itu buta//Bagiku cinta tak buta//Orang bilang cinta itu indah//Bagiku cinta itu penyiksaan//Orang bilang cinta itu kesetiaan//Bagiku cinta itu penipuan halus//Orang bilang cinta itu kasih sayang//Bagiku cinta ibuku yang penuh kasih sayang//Orang bilang cinta jujur//Bagiku cinta itu munafik//Orang bilang cinta itu persahabatan//Bagiku cinta itu penghianatan//Lalu…//Cinta itu apa…???//Tanyalah dirimu adakah kau benar benar mencintai dengan tulus hatimu..???//Karena kadang cinta itu membawa karma…
Temburong – Brunai Darussalam : 5/10/2019//7.30 am. Rustiah Rasyid
**
SaJaK-SaJaK MaLaM
Saat malam tiba,//semua bisa redup,//gulita dan rahasia.//Kecuali tentangmu://selalu ada magma.//letupan bertabur cahaya. #ihha (Denun : 09/09/19) #
Tiada kata lagi..//Atas nama tempat ini//Kita menghirup bersama//Napas kita,//Diam penaka bunga..//Dan burung malam pun//Mulai bernyanyi.. (Busman : 09/09/19) #
Walau angin kadang malas berhembus..//Angan ku tetap menatap wajahmu//Walau mata kadang merasa berat…//Namun batinku selalu dekat denganmu…//Ternyata malam tidak sekedar mengantarkan siang..//Namun juga mengantar rasa rinduku.. (S. Numba : 09/09/19) #
…..Biduk lalu hanyut dipermukaan rindu..//Tanpa angin buritan..//Sedu sedan mengalun sendiri…. (Tia Rasyid : 09/09/19) #
Biarkan dirimu diam2 dihela oleh tarikan-aneh//apa yang-sungguh2 kaucintai,//ia takkan menyesatkanmu ((Busman : 09/09/19) @
Kemana saja ?
Ada orang//–bahkan banyak…//Yang (merasa) ktemu jodohnya setelah menikah…//–bahkan stelah bercucu..//Trus bilang gini://”kamu ke mana saja selama ini…?” (Ilham Anwar : 14/09/19) @
Derai-Derai Cemara
Cemara menderai sampai jauh//Terasa hari akan jadi malam//Ada beberapa dahan ditingkap merapuh//Dipukul angin yang terpendam//Aku sekarang orangnya bisa tahan//Sudah berapa waktu bukan kanak lagi//Tapi dulu memang ada satu bahan//Yang bukan dasar perhitungan kini//Hidup hanya menunda kekalahan//Tambah terasing dari cinta sekolah rendah//Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan//Sebelum pada akhirnya kita menyerah (Denun : 15/09/19) @
Angan
Melambung tinggi lintasan awan//Langit dan mentari seakan mengejek//Aku terlalu jauh melampau batas cakrawala//Pelangi yang jadi jalanku ternyata buntu. (Busman : 16/09/19) @
Aku telah menjadi sunyi, setelah diam lama berkawan denganmu.//Kupilih hening untuk tenang dan senyap untuk menemukan jernih,//Sebab kecemasan akan buru-buru dan keliru.//Aku ingin mencintai diriku dan memaafkan diriku yang telah lalu.//Esok pasti bahagia. (Andi Sri Wulandari via fb : 18 Sep 2019) @
Orang lain memanggilmu cinta,//Kupanggil kau dengan ” gelora cinta”//Ohh…khayalan ini dan itu…//Jangan pergi tampaku//Orang lain memanggilmu cinta,//Kupanggil kau dengan ” gelora cinta”//Ohh…khayalan ini dan itu…//Jangan pergi tampaku. (Busman : 21/09/19) @
Hablumminnas
Jika pagi masih beku gigil,//meski mentari belum nampak,//segera kuak tirai jendela,//biarkan angin kesiur//meliuk di ruang harap khayalmu://bahwa hanya dengan silaturahmi ‘hablumminannas’//yang bikin napas usiamu memanjang.//Betapapun musim ini sungguh mengharubiru,//menagih air mata dan mengambil yang tersisa. (Denun : 23/09/19) @
Lantaran tak mau terbakar,//terlalu sayang pada epifit,//pohon-pohon sedang menggali kuburannya sendiri.//Musim sedang bertransformasi.//Puja-puji sudah basi. — (Denun : 25/09/19) @
Merahkan semangatmu…//Semerah darah Unhas yang mengaliri ragamu…//Gelorakan cintamu…//Untuk negeri yang rindu sejahtera…//Nyaringkan suaramu….//Membela rakyat yang butuh keadilan… (Farida Patittingi : 21/09/19) @
Nyanyian Sunyi Sang Demonstran
Bukan lantaran bayangmu tak tersentuh,//tapi jarak merindu memakan waktu.//Barisan pendemo menabur gendang damai,//tapi kau tak kujumpai di sepanjang langkah dan nyanyian pendemo.//Engkau adalah masa laluku,//yang mengambil ruang dalam rinduku. (Bram : 25/09/19) @
PENGUASA
Setiap langkahku…//engkau bilang ditunggangi…//kata yg selalu muncul ketika terbentuk barisan perlawanan mahasiswa.//Kuda-kuda berpestol engkau lepaskan,//mengelilingi barisan kami.//Sesekali kuda-kuda itu … terlihat nyengir tak bersahabat.//Tapi kami t elah ke luar dari pintu satu,//tak mungkin masuk lagi;//sebelum petaka di sampaikan. (Bram : 25/09/19)
Sajak buat Profesorku
Kubacakan sajak ini,//walau belum sempurna.//Kuucap padamu terbata ….//meski tak ragu.//Aku hanyalah mahasiswa,//sedangkan engkau mahaguru. (Bram : 9/25/2019)
DeMO
DeMo adalah pesta, //di mana bendera dan spanduk hati digenggam dan ditancapkan//Barisan yang tak teratur,//jas almamater yang berwarnawarni//adalah tarian suci penanda gelisah.//Gas air mata, hanyalah pembasuh muka.//Luka-luka adalah bukti absensi kehadiran.//Kematian menjadi misteri duka, dan kealpaan nawacita. (Bram : 29/09/19)
***
Besok kita Turun Lagi ……..
Mereka mungkin tak lagi membaca buku-buku kiri dan pamflet perlawanan, seperti kita dahulu. Mereka mungkin lebih terdorong semangat keriang-gembiraan masa muda untuk punya pengalaman yang akan diceritakan di sini saat ini melalui kanal media sosial. Mereka mungkin tak bermimpi untuk dicatat dan mendapat tempat, seperti sinyalemen Chairil Anwar tentang pahlawan dan kepahlawanan.
Tetapi mengapa mereka dihadapi persis sama dengan kita dahulu, disemprot gas air mata, ditembaki peluru karet, dipentungi hingga tak berdaya. Adakah cara ini juga didorong oleh keriang-gembiraan yang sama?
Demokrasi, katamu kawan, masih selalu sebagai sediakala, hanya memperhatikan hal-hal besar dan kategori-kategori agung di dalam narasi ideal para demagog. Di dalam penyelenggaraan kekuasaan, demokrasi tak lebih dari tindak pengukuhan kuasa dimana segala cara adalah halal. Apalagi para penyelenggara tak lebih tak kurang sama dengan kita: kurang pengalaman, dangkal analisis dan pembaca buku-buku kiri untuk tahu apa yang mereka tidak sukai. Atau bahkan lebih buruk, mereka tak membaca apapun selain angka-angka statistik popularitas yang sarananya amat murah tersedia saat ini. Besok kita turun lagi …
Ami Ibrahim (fb : 01/10/19)
***
Wamena terluka ………..
Wamena sepi//Wamena terluka//Sepi malam menjalar sepanjang hari//Wamena terusik.//Lukamu, luka kami.
(Bram : 06/10/19)
#
Wamena : Kenapa Engkau Luka ?
bukankah kita telah bersumpah//bahwa kita bersaudara
bahwa jika ada luka di ujung jari//disudut negeri ini// maka lukanya akan kita rasakan bersama//perihnya akan kita tanggung bersama//darah saudara kita adalah darah kita.// Wamena, jangan biarkan//luka itu membesar//hingga melukai tubuh bangsa ini//hingga robekannya tak mampu lagi//kita jahit karena benang persatuan//tak cukup kuat sembuhkan luka itu.// Wamena,//orang bugis//orang padang//orang jawa//orang buton//adalah saudara saudara kita//rangkullah mereka
peluklah mereka//agar lukamu//tidak makin membesar
agar lukamu sembuh. [Chaerul Anam —Palu, 06/10/19]
#
WAMENA
Pada bugisku menangis//Padang meradang//Dalam pelukan bunda//Kelewang gemerincing//dalam sarung dibalut sutra// Ada malam ku terluka//Fajar berlumur darah//Siang bertabur duka//Air mata tumpah//Jadi kembang bertabur//Pada pemakaman sepi//Nasib panjang terputus//Dimangsa angkara
Dipenggal hawa nafsu//Dendam tersimpan//Di hutan rimba berselimut gelap//Entah pada siapa//Tangan ini
harus menuding//Hanya bisa tengadah//Pada Ilahi rabbi…
Muntahkan segala permohonan dan doa… (Syaifuddin Bahrum : 06/10/19)